matahari indah
tak biasa awan turun dengan serat serat halus
mulai hari ini
aku telah kembali
tuk susuri hari hari
aku telah bangkit dari kekosongan masa
terantai kuat jiwaku di keheningan malam
mulai hari ini
aku telah kembali
tuk resapi hati hati sepi
yang terlalu lama di keheningan
abadi
Minggu, 29 Maret 2009
Rabu, 25 Maret 2009
gelombang tanah
tempat dia berpijak
alam yang menakutkan
dalam tekstur yang berkilau
pasir pasir hitam menelan
gelombang tanah
hilang
alam yang menakutkan
dalam tekstur yang berkilau
pasir pasir hitam menelan
gelombang tanah
hilang
ketinggian hancur
jenuh ku memandang
ketingian yang kandas
lumpur dosa keluar
turun menyusuri lembah kelam
dan terhenti langkahnya
tapi air mata polos
anak kecil
keluar membelah tanah merah
gundukan dosa timbun
sungai kehidupan
ketingian yang kandas
lumpur dosa keluar
turun menyusuri lembah kelam
dan terhenti langkahnya
tapi air mata polos
anak kecil
keluar membelah tanah merah
gundukan dosa timbun
sungai kehidupan
cerita dia
dia yang siap goreskan
pena tajamnya
dalam lembaran kelam
hitam dalam malam
ia masih terjaga
dan kembali di persimpangan
waktu yang memburu
singgah dan berlalu
seindah cerita dia
tangan diam
cerita dia berhenti
pena tajamnya
dalam lembaran kelam
hitam dalam malam
ia masih terjaga
dan kembali di persimpangan
waktu yang memburu
singgah dan berlalu
seindah cerita dia
tangan diam
cerita dia berhenti
biru langit
ku hadapkan wajahku
da sisi terbit
terang di tatapan tajamku
awan awan cirrus bergerombol
tergiring semilir angin yang mengalir
biru langit yang terpendam
dalam angan
akankah terus terjaga?
da sisi terbit
terang di tatapan tajamku
awan awan cirrus bergerombol
tergiring semilir angin yang mengalir
biru langit yang terpendam
dalam angan
akankah terus terjaga?
pohon akar
13 10 08
disudut jalan kosong
dalam bangsal bangsal kematian
aroma keganjilan
menyergap jiwa hampa
semburat tawa sunyi
terlintas
menjauh
tertelan malam
di satu sudut
pohon akar
berayunan tawa sunyi mencekam
disudut jalan kosong
dalam bangsal bangsal kematian
aroma keganjilan
menyergap jiwa hampa
semburat tawa sunyi
terlintas
menjauh
tertelan malam
di satu sudut
pohon akar
berayunan tawa sunyi mencekam
Sabtu, 21 Maret 2009
kembali mengingat
ingin ku ingat
semua yang pernah teringat
ingin ku kembalikan
apa yang aku dapatkan
tapi sunyi mendekapku
hilang
dalam lapisan lapisan bumi
jarak jarak yang bersembunyi
di pikiranku
sulit
telah menyusup disela sela sadarku
semua yang pernah teringat
ingin ku kembalikan
apa yang aku dapatkan
tapi sunyi mendekapku
hilang
dalam lapisan lapisan bumi
jarak jarak yang bersembunyi
di pikiranku
sulit
telah menyusup disela sela sadarku
permukaan memanas
terus berotasi
pada poros yang makin rapuh
sel sel terkubur
kembali bangkit dari kematian
permukaan memanas
lebih dari masa lalu
air mata menguap
membasahi wajah hari yang pengap
udara kecil terengah
di dataran yang lengah
panas permukaan
keangkuhan selubungi bumi ini
kesombongan yang kekal
hampakan bumi
udara hitam
bumi terkikis
air bernoda
anarkis makin menguasai hari
permukaan memanas
pada poros yang makin rapuh
sel sel terkubur
kembali bangkit dari kematian
permukaan memanas
lebih dari masa lalu
air mata menguap
membasahi wajah hari yang pengap
udara kecil terengah
di dataran yang lengah
panas permukaan
keangkuhan selubungi bumi ini
kesombongan yang kekal
hampakan bumi
udara hitam
bumi terkikis
air bernoda
anarkis makin menguasai hari
permukaan memanas
Sabtu, 07 Maret 2009
menghirup kebebasan
09.00
waktu
udara pagi yang harum
membelai lembut daun cemara
yang tua, rapuh
mentari kuning
hangatkan bumi yang berlalu basah
memantulkan keindahan di sisi mata
dia bersama ketakutan
yang telah mengurungnya
dalam jeruji dingin
kaki yang terikat kuat di penjuru sisi
pertempuran masih berkecamuk
dalam argumen arsumen basah
dan bersayap
kuat, lekat
dan kebebasan menjamunya, malam
masih menghirup kebebasan
di tanah ternoda
waktu
udara pagi yang harum
membelai lembut daun cemara
yang tua, rapuh
mentari kuning
hangatkan bumi yang berlalu basah
memantulkan keindahan di sisi mata
dia bersama ketakutan
yang telah mengurungnya
dalam jeruji dingin
kaki yang terikat kuat di penjuru sisi
pertempuran masih berkecamuk
dalam argumen arsumen basah
dan bersayap
kuat, lekat
dan kebebasan menjamunya, malam
masih menghirup kebebasan
di tanah ternoda
terhapus
telah kucoba menelusuri
sudut, langkah, waktu
sesuatu itu masih membisu
dalam sendiri masih ku coba jejaki
namun hampa yang kudapati
dia di masanya
dalam isak tangis meradang
masih tak rela
terhapusnya sesuatu
malam merundung
duka mengepung
sudut, langkah, waktu
sesuatu itu masih membisu
dalam sendiri masih ku coba jejaki
namun hampa yang kudapati
dia di masanya
dalam isak tangis meradang
masih tak rela
terhapusnya sesuatu
malam merundung
duka mengepung
pasir pasir kecil
indah
yang beriring awan
dalam sebuah kata
adalah lukisan
terdiam
kesombongan kembali merajai
jiwa yang telah terhapus sunyi
bersama pasir pasir kecil ia menghilang
yang beriring awan
dalam sebuah kata
adalah lukisan
terdiam
kesombongan kembali merajai
jiwa yang telah terhapus sunyi
bersama pasir pasir kecil ia menghilang
langkah malam
hari hari akhir semakin sulit
derapan langkah
hentakan tanah
hari hari tak terdengar
kosong dalam putaran
dalam musim semi
apakah esok langkah kan terhenti
sampai disini
dalam musim semi
asa yang bangun
dalam hibernasi yang panjang
langkah malam
harus terus menerjang
dalam kelam
bungkam
derapan langkah
hentakan tanah
hari hari tak terdengar
kosong dalam putaran
dalam musim semi
apakah esok langkah kan terhenti
sampai disini
dalam musim semi
asa yang bangun
dalam hibernasi yang panjang
langkah malam
harus terus menerjang
dalam kelam
bungkam
Langganan:
Postingan (Atom)